Seni Mengolah Emas: Teknik dan Kerajinan Kuno yang Tetap Lestari

Sejak ribuan tahun silam, emas telah memukau manusia dengan kilaunya dan kelenturannya. Ini bukan hanya tentang kemewahan, tetapi juga tentang seni mengolah emas yang telah diwariskan secara turun-temurun, dari peradaban kuno hingga era modern. Berbagai teknik dan kerajinan tangan telah berkembang, menciptakan mahakarya yang tak lekang oleh waktu dan menjadi saksi bisu keahlian para pengrajin.

Salah satu teknik paling kuno dalam seni mengolah emas adalah granulasi, di mana butiran-butiran emas sangat kecil disatukan pada permukaan perhiasan untuk menciptakan tekstur dan pola yang rumit. Teknik ini banyak ditemukan pada artefak emas kuno dari peradaban Etruria. Contoh modern dari pelestarian seni ini dapat dilihat pada pameran “Pesona Emas Nusantara” yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada hari Minggu, 13 Oktober 2024, di Museum Nasional Jakarta. Pameran tersebut menampilkan beragam perhiasan emas tradisional dari berbagai daerah di Indonesia, banyak di antaranya menggunakan teknik filigri (anyaman kawat emas halus) dan repoussé (menempa dari belakang untuk menciptakan relief), yang merupakan bagian tak terpisahkan dari seni mengolah emas lokal.

Selain itu, seni mengolah emas juga melibatkan teknik chasing dan repoussé, di mana lembaran emas dipalu dari bagian depan dan belakang untuk menciptakan desain tiga dimensi. Teknik ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran tinggi, menghasilkan relief yang indah dan detail. Salah satu pengrajin emas legendaris, Bapak I Wayan Balik dari Gianyar, Bali, yang telah berkarya selama lebih dari 50 tahun, pada tanggal 5 November 2024, menerima penghargaan dari Asosiasi Pengrajin Perhiasan Indonesia atas dedikasinya dalam melestarikan teknik tradisional ini. Beliau seringkali menerima kunjungan dari mahasiswa desain yang ingin belajar langsung.

Meskipun teknologi modern telah memperkenalkan metode baru dalam pengolahan logam, pesona seni mengolah emas secara manual tetap lestari. Banyak pengrajin masih mempertahankan teknik kuno karena memberikan sentuhan artistik dan keunikan yang tidak bisa ditiru oleh mesin. Kepolisian Sektor Gambir, yang sering mengamankan acara-acara besar di sekitar museum, pada tanggal 14 Oktober 2024, juga mencatat bahwa pameran seni emas selalu menarik banyak pengunjung, menunjukkan minat publik yang tinggi terhadap kerajinan tangan berkualitas tinggi.

Kombinasi antara sejarah, keahlian, dan nilai estetika menjadikan seni mengolah emas sebagai warisan budaya yang tak ternilai. Ini bukan hanya tentang menghasilkan perhiasan, melainkan tentang menjaga api kreativitas dan tradisi yang telah menyala selama ribuan tahun.